oleh dr. Wilsen, Sp.THT
Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur. Dikenal juga sebagai otitis eksterna fungal. Otomikosis umumnya mengenai liang telinga luar yang merupakan lingkungan ideal untuk pertumbuhan jamur. Otomikosis biasanya hanya menyerang salah satu telinga. Namun, pada beberapa kasus, kondisi ini juga dapat terjadi di kedua telinga. Otomikosis juga dapat mengenai telinga tengah. Otomikosis dapat dijumpai di berbagai wilayah demografi dengan kelembaban tinggi di daerah tropis dan subtropik.
Otomikosis terjadi ketika jamur masuk dan berkembang di dalam telinga. Ada berbagai jenis jamur yang dapat menyebabkan otomikosis, tetapi jenis yang paling umum adalah Candida dan Aspergillus. Candida merupakan jamur yang hidup di kulit dan beberapa bagian tubuh, seperti mulut, tenggorokan, dan usus. Umumnya, jamur ini tidak menimbulkan gangguan. Namun, jika perkembangannya tidak terkontrol, Candida bisa menyebabkan infeksi. Sementara, Aspergillus merupakan jenis jamur yang bisa ditemukan di mana saja. Sama seperti Candida, Aspergillus biasanya tidak menimbulkan masalah. Namun, pada beberapa orang, jamur ini dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti infeksi paru-paru atau reaksi alergi.
Otomikosis dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita otomikosis, yaitu:
a. Tinggal di lingkungan tropis atau hangat, karena perkembangan jamur lebih cepat di lingkungan tersebut
b. Kemasukan air ke telinga ketika berenang atau menyelam
c. Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS atau sedang menjalani kemoterapi
d. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antibiotik atau kortikosteroid, dalam jangka panjang
e. Menderita gangguan kesehatan yang berkaitan dengan telinga, seperti eksim atopik
f. Mengalami cedera pada telinga, misalnya akibat pemasangan alat bantu dengar atau penggunaan cotton buds
a. keluhan nyeri (otalgia)
b. keluar cairan (otorrhea)
c. gangguan pendengaran hingga hilang pendengaran, telinga rasa penuh, gatal, dan mendengung (tinitus).
Otomikosis yang tidak bergejala dan tidak ditangani berpotensi menyebabkan hilangnya pendengaran. Pada pemeriksaan menggunakan otoskop dapat ditemukan pembengkakan (edema), kemerahan (hiperemis) kulit liang telinga luar, pengelupasan epitel superfisial, penumpukan debris yang berbentuk hifa, serta supurasi.
Tanda-tanda yang harus Sahabat Sehat perhatikan pada telinga anda:
a. Tahap awal infeksi: pertumbuhan jamur terlihat sebagai spora berwarna putih atau hitam
pada infeksi yang disebabkan Aspergillus spp atau adanya deposit “creamy” atau kental pada
infeksi yang disebabkan oleh Candida spp.
b. Tahap selanjutnya akan tampak kotoran berwarna putih kotor seperti serpihan kertas basah, lengket, berbintik-bintik yang memenuhi liang telinga dan peradangan yang semakin luas pada liang telinga.
Dalam mengatasi otomikosis, dokter akan terlebih dahulu membersihkan kotoran di telinga, yaitu dengan membilas telinga menggunakan cairan khusus atau tabung isap. Pasien dianjurkan untuk tidak membersihkan telinga sendiri, terutama menggunakan cotton buds. Setelah telinga dibersihkan, dokter akan meresepkan obat antijamur yang disesuaikan dengan tingkat keparahan infeksi. Obat-obatan yang diberikan bisa berupa:
a. Obat tetes telinga, seperti clotrimazole, untuk mengatasi infeksi dan mencegah infeksi berulang
b. Obat salep atau krim, seperti ketoconazole, untuk mengatasi infeksi di bagian luar telinga
c. Obat oral (obat minum), seperti itraconazole, untuk mengatasi infeksi yang tidak bisa diatasi dengan obat tetes telinga atau salep, terutama yang disebabkan oleh jamur Aspergillus
Penting untuk diingat, jalani pemeriksaan rutin dan hindari berenang selama masa pengobatan. Berenang pada masa pengobatan berisiko memperburuk otomikosis, terutama jika kondisi belum sepenuhnya pulih.
Studi menunjukkan kekambuhan otomikosis pada 8.89% penderita. Otomikosis yang tidak ditangani dengan baik, tidak membaik dengan terapi, atau terpapar air yang mengandung jamur dapat berkembang menjadi otomikosis kronik. Otomikosis dapat menginfeksi bagian telinga yang lebih dalam seperti membran timpani, telinga dalam, bahkan menginfeksi tulang tengkorak, infeksi mastoid, dan meningoensefalitis.
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan oleh Sahabat Sehat antara lain:
a. Membiarkan sedikit serumen (kotoran telinga) di liang telinga, sebagai antibakteri dan antijamur alami
b. Mengeringkan telinga setelah berenang dan mandi
c. Menggunakan penutup telinga saat berenang/menyelam
d. Tidak menutup telinga dengan kapas
e. Tidak membersihkan telinga dengan sabun yang dapat mengganggu pH serumen
oleh dr. Wilsen, Sp.THT Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur. Dikenal juga sebagai otitis eksterna fungal. Otomikosis umumnya mengenai liang telinga luar yang merupakan lingkungan ideal untuk pertumbuhan jamur. Otomikosis biasanya hanya menyerang salah satu telinga. Namun, pada beberapa…
Carpal Tunnel Syndrome (CTS)CTS merupakan kumpulan gejala akibat terjepitnya salah satu saraf besar yang terletak pada terowongan karpal pada pergelangan tangan, yaitu saraf medianus. Terowongan karpal adalah bagian dari pergelangan tangan dimana terdapat banyak organ di dalamnya, yaitu 9 tendon…
oleh dr. Ferry Kurniawan, So. A
Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah kasus Tuberculosis (TBC) terbanyak di dunia setelah India, pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, terdapat 503.712 orang yang mengidap TBC, dari jumlah tersebut, 61.594 orang yang terjangkit TBC merupakan anak-anak.
Tuberkulosis sering disebut sebagai flek paru, bukan merupakan penyakit keturunan, TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Walaupun paling sering kuman TBC menyeran organ paru, tetapi kuman TBC juga dapat mengenai organ lain selain paru, seperti otak, kulit, kelenjar getah bening, tulang, dan usus.
Penyakit TBC bisa menular kepada anak ketika penderita TB aktif batuk, bicara, bersin, bernyanyi, serta berbicara tanpa masker atau pelindung. Percikan cairan dari saluran pernapasan yang mengandung bakteri penyebab TBC ini dapat terhirup dan masuk ke paru-paru anak.
Beberapa faktor meningkatkan risiko untuk terjadinya TBC pada anak, antara lain:
– Usia balita lebih mudah tertular TBC
– Kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan akibat gizi buruk, imunisasi yang
tidak lengkap.
– Adanya kontak erat dengan orang dewasa yang menderita TBC
Gejala TBC pada anak tidak khas karena TBC dapat menyerang semua organ tubuh, beberapa gejala yang sering ditemukan pada anak yaitu:
– Batuk lama > 2 minggu walaupun sudah diberikan pengobatan
– Demam > 2 minggu tanpa ada penyebab yang jelas
– Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan
– Anak tampak lesu dan tidak seaktif biasanya
TBC bisa disembuhkan, apabila anak dicurigai TBC, dokter akan melakukan rangkaian pemeriksaan, dan bila dari hasil pemeriksaan mengarah ke arah TBC, akan diberikan obat anti tuberkulosis (OAT).
Obat TBC harus diminum rutin secara teratur sampai jangka waktu 6 bulan/lebih tergantung gejala, apabila tidak diminum teratur dapat menyebabkan penyakit bertambah parah, kuman TBC menjadi kebal terhadap obat, sehingga perlu obat lebih lama lagi dan sulit pengobatannya.
TBC bukanlah penyakit keturunan, melainkan penyakit menular sehingga dapat dicegah. Beberapa cara untuk mencegah TBC pada anak:
– Vaksinasi BCG, vaksinasi ini diberikan pada usia 0-2 bulan, vaksin ini 80% efektif untuk mencegah TBC berat pada anak
– Pemberian makanan bergizi dan seimbang, dengan pemberian makanan yang baik dapat meningkatkan gizi dan imunitas anak terhadap penyakit
– Jaga lingkungan tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah. Keadaan lingkungan yang baik dapat mencegah perkembangbiakan kuman TBC sehingga menurunkan kemungkinan tertular.
– Apabila ada orang dewasa di rumah yang menderita TBC, anak harus dilakukan pemeriksaan kesehatan, apabila tidak bergejala (sehat), anak harus diberikan terapi pencegahan TBC agar tidak berkembang menjadi sakit TBC.
Tahun 2030 ditargetkan untuk eliminasi penyakit TBC di Indonesia, Oleh karena itu penting bagi anak-anak indonesia untuk mendapatkan pengobatan dan pencegahan TBC yang benar.